
Saya menulis ini di beranda sebuah rumah sederhana, di kota kecil dan terpencil. Saya sedang berada jauh sekali rumah. Sengaja menepi dari Jakarta. Mengasingkan diri sebentar dari ibu kota yang telanjur membuat saya jatuh cinta. Memang nggak lama, tapi paling nggak cukup untuk menghidupkan kembali mimpi-mimpi yang tertunda karena realita menyita waktu saya. Di sebelah saya ada dua ekor sapi yang sedang asyik memakan rumput hijau, sulit sekali mencari sinyal di sini. Untuk memposting ini saja, saya harus berkendara ke alun-alun kota untuk mendapat sinyal. Tapi ini menyenangkan. Ah, saya terlalu mengulur waktu.
Gazza Chayadi.
Saya tahu pasti sudah nggak asing lagi. Mendengarnya kalian akan reflek berucap, “Geez!”
Sudah terlalu banyak kata, kalimat, bahasa, dan cerita tentangnya. Entah apa yang membuat kalian bisa merasakan kehadirannya di tiap paragraf yang kutuliskan di dalam buku. Sampai ketika pertanyaan demi pertanyaan yang sama, singgah di kotak pesan yang semakin hari semakin penuh.
“Kak, apakah ia nyata?”
Saya selalu terkejut bila membaca pertanyaan itu. Bahkan hingga sekarang. Saya masih ingat betul, ketika acara Festival Pembaca Indonesia tahun lalu, kebetulan saya jadi pembicara di sana. Kali pertama bercerita langsung di depan banyak orang. Dan pertanyaan itu ditanyakan oleh salah seorang Kawan yang datang. Saya terkejut, dan panik tentu saja. Dan ternyata sulit sekali untuk berbohong. Sudah saya coba untuk mengalihkan, tapi pertanyaan demi pertanyaan semakin menyudutkan saya. Hingga pada akhirnya…
“Oke. Baik. Begini.”
Setelah menghela napas, saya coba untuk memberi pengakuan.
Jadi… ya, ia nyata. Ia hidup di bumi bersama kita. Ia sungguh ada. Bukan hanya di dalam sebuah buku. Tapi nggak dengan cerita yang kamu baca. Itu murni fiksi. Murni hasil khayalan saya. Murni hasil imajinasi saya yang terlalu mengaguminya.
“Bagaimana, Kak? Bagaimana? Kurang paham.”
Menyebalkan sekali. Dari pertanyaan sederhana, “Nyata atau nggak?” menjelma cerita panjang yang nggak ada habisnya. Tapi rasanya memang nggak adil bila menyimpan ini sendirian.
Dulu, dia adalah kakak kelas saya ketika SMP. Tapi ketika itu ia sudah lulus dan sudah SMA. Ingat bab pertama di buku Geez & Ann? Ya, kurang lebih mirip dengan apa yang terjadi sesungguhnya. Termasuk hoodie berwarna hijau toska, sepatu converse-nya yang lusuh, juga kacamata yang hingga detik ini, nggak pernah ia ganti.
Tapi bila kalian kira ia begitu romantis, tampan, dan pintar mengeluarkan kata-kata yang akan melelehkan siapa saja yang mendengarkan, kalian salah. Sudah sejak lama ingin saya ceritakan sisi aslinya, dan akhirnya saya menemukan waktu terbaik untuk menceritakannya.
Ia dingin. Sangat dingin. Sangat idealis, dan serius. Tapi juga menyebalkan. Sering menggoda dan mengejek. Ia menyenangkan dan menyebalkan dalam satu waktu. Ia bercanda dan serius dalam saat yang bersamaan. Memang aneh. Ajaib. Dan mungkin itu yang membuat saya mengaguminya hingga berani menuliskannya sebuah buku yang ajaib pula, karena isinya benar-benar di luar kenyataan. Kami hanya berteman. Berteman dan nggak lebih. Sejak dulu hingga sekarang. Kami nggak pernah membahas tentang cinta dan sejenisnya, kami cukup bahagia dengan menjadi dekat walau nggak erat.
Oh, ya. Ia juga sangat mencintai buku. Seperti Pram dan Widji Thukul. Dua penulis favoritnya yang membuatnya menjadi begitu idealis. Juga mencintai musik rock yang sangat menyakitkan bila didengar. Maaf saya nggak bisa memberi tahu lagu atau band kesukaannya, Rahasia, katanya.
Tiap kali ia meminta saya untuk mendengar salah satu lagu kesukaannya, “Terlalu keras, nggak bisa didengar,”
“Bisa, asal kamu fokus pada nada yang ada di dalamnya.”
Gagasannya nggak boleh ditentang. Apabila ia menyatakan sesuatu, semua harus mengiyakan. Karena bila kamu nggak setuju, akan panjang jadinya. Ia akan terus membalas pendapatmu sampai kamu menyerah. Menyebalkan.
“Lalu, Kak? Apa dia sudah membacanya?”
Ini juga akan menjawab pertanyaan mengapa akhirnya akan saya tulis lanjutan ceritanya, buku yang menjadi akhir dari cerita Geez & Ann nanti.
Pertama, dia adalah manusia yang nggak bisa geer. Manusia paling nggak peka sedunia. Itu alasan pertama mengapa saya berani menuliskannya sebuah buku. Karena, Ah, ia nggak akan membacanya, pikir saya sebelum akhirnya menulis cerita Geez & Ann.
Sampai ketika itu. Sebulan setelah bukunya terbit. Saya masih ingat betul, tentu saja, di penghujung bulan Desember. Setelah lima tahun nggak bersua, nggak saling kontak, karena kami saling sibuk dan keadaan membuat kami nggak saling mengabari, semesta membuat saya kembali bertemu dengannya. Entah apa rencana yang sedang semesta buat, yang jelas kami bertemu kembali. Di malam itu. Kami bertemu.
Dan ia nggak berubah. Nggak bertemu lima tahun dengannya nggak membuat kami merasa asing. Langsung terjadi percakapan hangat yang membuat saya berucap, “Ia masih sama.” Masih dirinya yang menyebalkan, dan idealis. Bahkan suara tawanya yang nggak pernah hilang dari telinga, juga nggak berubah. Kacamata, senyuman, ah, Kawan, nggak ada yang berubah.
“Tsana?”
Dia yang pertama kali mengenali dan menyapa. Ada rasa haru dan senang yang bersamaan hadir di dalam hati.
“Kakak?”
“Apa kabar?”
“Baik.”
“Dengar-dengar Tsana menulis buku. Buku tentang apa?”
Kemudian semua terasa hening. Seketika saya berusaha untuk berbohong walau akhirnya justru terlihat konyol.
“Hah? Masa? Kata siapa? Enggak, enggak menulis buku.”
“Tsana… kamu tetap nggak pintar berbohong.”
Sial.
“Cerita yang… aneh.. Bukan jenis buku yang Kakak suka, nggak penting, nggak usah dibahas,”
“Kan belum dibaca…”
Ketika itu, dengan segera saya berkata ketus, “Pokoknya nggak boleh dibaca!” juga dengan sedikit panik.
“Kenapa memangnya?”
“Pokoknya nggak boleh!”
Padahal harusnya saya nggak perlu panik. Toh ceritanya berbeda. Dan ia nggak mungkin merasa. Ia nggak mudah geer. Jadi harusnya aman-aman saja. Semua baik-baik saja setelah pertemuan malam itu, hingga ketika muncul pesan masuk di handphone saya, yang lama nggak bersuara itu, “Tsana?”
“Iya, Kak?”
“Aku sudah membaca kedua bukunya, akan menjadi sebuah kehormatan bila bisa mendapat tanda tangan langsung dari penulisnya.”
Tolong jangan bertanya seperti apa kondisi saya ketika itu. Berantakan. Saya benar-benar terlihat konyol. Saya terus berusaha mencari jawaban agar ia nggak perlu meminta tanda tangan agar kami nggak perlu bertemu lagi. Tapi salah memang beradu argumen dengannya, saya pasti kalah.
“Nah gitu dong, ya sudah aku ke rumah ya?”
“JANGAN!” saya langsung panik. “Di-gojek-in aja!”
“Loh kenapa?”
“Aku sedang nggak di rumah.”
“Ya sudah nanti malam aku ambil lagi, ya?”
“JANGAN! Nanti malam aku gojek-in lagi,”
“Tsana, nanti malam aku ambil ke rumah.” jawabnya seakan nggak peduli dengan apa yang saya katakan. Menyebalkan. Benar, kan? Ia menyebalkan.
Padahal saya ada di rumah dan sedang nggak ingin ke mana-mana. Nggak lama, gojeknya datang, ia selalu bilang istilah gojek dengan kesatria hijau. Bukunya sampai dan ia menyelipkan sebuah kertas bertuliskan, “Boleh minta tanda tangannya?”
Di situ saya tersenyum. Nggak mengira buku akan menjadi jembatan yang membuat kami bertemu kembali. Dia sempat minta maaf terlebih dulu karena bukunya lecek dan ada bekas tumpahan kopi. Dan saya tipe manusia yang nggak suka memberi tanda tangan pada buku yang lecek, apalagi kotor. Itu sebabnya, saya menukar bukunya dengan yang baru. Nggak lupa menyelipkan sebuah pesan yang tentu saja nggak akan saya beri tahu di sini. :p
Malam yang saya harap nggak pernah ada pun tiba. Mobilnya berhenti di depan rumah. Sebelum ia masuk, saya segera melarang, “Jangan masuk, di sini saja,”
“Kenapa?”
“Pokoknya nggak bisa.”
“Ya sudah, mana bukunya?”
“Nih.” kuberikan buku yang baru dan ia menyadari bahwa itu adalah buku berbeda.
“Ini bukan bukuku.”
“Memang.”
“Aku maunya buku yang lama.”
“Yang lama nggak bisa kuberi tanda tangan.”
“Tsana lupa kalau aku suka baca buku?”
“Tentu saja ingat.”
“Kalau bukunya sampai lecek berarti buku yang kubaca berhasil menarik perhatianku, berarti bukunya bagus.”
Saya cuma bisa diam. “Ya sudah, gapapa deh, dari pada gak ada tanda tangannya,” katanya.
“Ya sudah, pulang,”
“Memang betul, bukunya belum berakhir?”
“Iya, akan ada satu lagi. Buku ketiga dari trilogi Geez & Ann.”
“Aku nggak sabar membacanya.”
“Tahun depan. Dan nanti di ending-nya, mereka pisah aja kayaknya.”
Ia langsung menoleh ke arahku dan berbicara serius, “Jangan!”
“Jangan?”
“Jangan, biarkan waktu yang menjawab,”
“Kelamaan, bukunya harus terbit tahun depan.”
“Tsana penulisnya. Aku tahu Tsana pasti bisa menulis akhir yang baik.”
“Yang terbaik, bukan yang baik.”
Kini kamu tahu, bukan? Mengerti, bukan?
Pertemuan yang baru menghasilkan cerita yang baru. Semesta pasti punya maksud. Dan di buku ketiganya nanti, ceritanya akan benar-benar berakhir. Semoga akan menjawab semua pertanyaanmu selama ini.
Saya bukan, Ann. Saya hanya seorang perempuan yang menuliskannya sebuah buku, dan itu sudah cukup membahagiakan.
Jadi, bagaimana kelanjutannya? Seperti kata Geez, kita biarkan waktu yang menjawab
yang terbaik memang bukan yang naik, dan pertemuan yang baru akan menghasilkan cerita yang baru yang gk pernah kita tau endingnya seperti apa
Aduh gezz, peka donk…
geez udh peka makanya dia blg “jgn” ketika tsana memutuskan mengakhiri ceritanya dg perpisahan 🙂
Aw! Emang paling ngena tulisannya. Love u sist!
PARAH KEREN ABIS LU US
sumpah,kok aku ikutan deg degan sih….aaaaaaaaa kepo bgt orang aslinya…😭
Kak, aku nangis baca ini😭
Huhuuu dari sosok yang sederhana kita boleh ngembangkan sesuai imajinasi kita kan? Kita yang menuliskannya jadi sah sah sajaa
Samaaa
Rasanya baca satu kali tidak cukup, terlalu menarik dan aku tertarik ..
Sehat selalu ntsana
Sehat selalu hatinya
kirain aku doang 🙁
Kesederhanaan yang tiada tara.
Semoga diberikan hadiah terbaik oleh sang pencipta.
Setelah lama berjuang,dan mencoba ikhlas melawan waktu,agar diri paham tak semua yang bertemu itu akan bersatu.
Gak sabar nunggu geez & ann #3
Seru ni
Kak, aku jadi yakin sama mimpiku abis baca inii, kak Tsana terimakasih 🖤😭
Pengen deh disisain satu cowo kayak geez:(
paus aku nangus bacanyaa😭♥️
nangisss us maap typo lagi mendalami soalnya😭
Kak,aku nangis bacanya😭
SERIUS MEREKA BAKAL BERAKHIR?! AH SIAL:(
🥺
Yaampun nyampe banget ke hati:’
Akhirnyaaaa tau juga kann ceritanyaa💛. Gk sabar nunggu filmnya deh kalo gini
Love u Paus.. aku suka ceritanya❤.
Ternyata geez nyata, ah baper bacanya😭
Kak Tsana, Geez mu sama persis dengan seseorang yang dulu singgah di hidupku. Membaca ini, seperti mengajakku berkelana mengingat sesuatu yang menyakitkan, namun selalu mendapat tempat terbaik dihati.
“𝚈𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚎𝚛𝚋𝚊𝚒𝚔, 𝚋𝚞𝚔𝚊𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚊𝚒𝚔.” :((
Geez, terima kasih sudah membuat pembaca penasaran akan wujudmu itu:v
nggak lupa menyelipkan sebuah pesan yang tentu saja ngga akan saya beritahu disini :p
ngakak🤣
apasih kok yg nyesek jadi aku?!
Bisa mencintai dengan segitu ajaibnya.
Yaampun. Ku kira ini blog barumu us! Ternyata yang udh lama itu ya? Masih sama. Makasih us udah berbaik hati mau izinin kita baca semua karya kamu us. Terima kasih untuk mempercayakan dirimu untuk bisa kita kenal. Terima kasih untuk sudah mau jadi jelmaan hamba tuhan paling manis yang pernah ada. Bahagia selalu! Salam cinta❤
:), is typing…
Gak tau knpa bca ini mlh sedih, mo nngis mlah
us:(
Kak, dia juga kakak kelasku, sekarang dia udah lulus.
Gak kebayang kalo entar kalo kak tsana nikah ama geez. Psti pasukan paus bserta psukan yg lainnya bklan heboh
iya dong heboh banget! semoga beneran terjadi🤧😭
Manis.
Aku selalu suka tulisan kak Tsana🥰
Terimakasih kak sudah pernah menjadi teman meski kita belum bertemu disetiap cerita kakak saya merasakan bahwa ini adalah cerita saya. Tidak tau kenapa semuanya hampir sama meski kejadiannya berbeda. Dari cerita-cerita kakak saya mulai berani, berani mulai menuliskan tentang semuanya juga hingga suatu hari ketika semua sudah berakhir saya dapat membaca ulang kisahnya . Terimakasih banyak kak sudah menginspirasi . Salam juga buat Geez 🙂
Terimakasih kak sudah menjadi teman meski kita belum pernah bertemu. Oh iya kak disetiap cerita kakak saya merasa ini juga cerita saya kisah karena saya juga mengalami mengalami kisah ini mungkin kejadiannya saja yang berbeda. Terimakasih kak sudah menginspirasi membuat saya berani, berani mulai menuliskannya agar suatu hari ketika semuanya benar-benar sudah usai kita dapat membaca ulang kisah-kisah kita. Salam buat kak Geez juga 🙂
“cukup bahagia dengan kami dekat meskipun tidak erat” -duh knpa saya ngena bnget?
ternyata perjalanan 4 tahun, di tahun lalu, yang membuat ka Tsana sembuh, mungkin pertemuan itu salah satunya? ^ ^
Hah? Kak ini serius? Aku adalah pembaca geez ann dari awal, dan ini kejujurannya? Geez yg asli.. Seperti itu? Lalu ann? Kakk aku gatau harus ngomong apa:( apa bener ketiga buku itu tokohnya adalah nyata tapi ceritanya lain?:”
Ngena banget dihati bacanya us😢
Dari nona kesepian lagi hey tsana mencintai yang luar biasa nanti kalau aku juga jdi penulis ahha mungkin mimpi atau nanti kalau kita ketemu saya pengen peluk kamu pengen bilang kamu hebat kamu ciptaan Tuhan yang berbeda dan aku aku mengagumi Rintik sedu sampai jumpa salam sayang
Kak, aku terharu banget:” kak tsana bisa mencintai sesederhana itu:”) semangat terus dalam berkarya ya kak!
Kak, aku terharu banget, kak tsana bisa mencintai sesederhana itu, semangat terus dalam berkarya ya kak!
Uwooo
Ga bisa ngomong apa apa, nangis ana
Astagaa pausss masi penasaran dengan geez😭
>< uh i got it
Maaf kak Tsana,nggak bisa mengunjungi dari dulu,Maaf yah..Kakak tahu gimana rasa nya baca ini?ternyata pertanyaan yang terus menerus berputar ternyata nyata,Nggak pernah kebayang.Dulu,aku dan sepupu ku pasti bertengkar kalau lagi membahas Geez & Ann,aku pasti selalu bertengkar dengan kacamata nya Geez yang kotak atau lingkaran,yang selalu bertengkar,ini cerita nyata atau nggak,yang selalu bahas sepatu Converse Geez yang bentuknya kayak apa,Yang mikirin tokoh nyata yang cocok meraninnya siapa,ya tuhan kak..aku banyak bicara
😊😊😊
makasih us , sudah mau mengenalkan seorang manusia menyebalkan tapi manis ini ke kitaa❤️
This is so captivating, enlightening.
Good job 🐳!
– 🐅
This is so cooll😭😭❤❤❤
masih dengan… “apa cuma aku yang gak pengen geez dan ann bakalan benar-benar berakhir?” 🙂😭
Wow..
Kenapa setiap baca selalu terasa manis
Merinding banget bacanya, ga ngebayangin kalo kita bikin cerita tentang dia, terus kita publish, dan dibaca langsung sama yang kita ceritakan. Aku yang deg degan loh kak..
Kak, maaf beberapa waktu lalu aku baru tau kakak membuat beberapa buku dan aku belum membacanya. Aku suka membca juga menulis. Tentang apapun itu,kak. Tapi kali ini, aku belum berani baca buku kakak yang berjudul “Geez & Ann” walau rasanya ingin sekali membuka halaman pertama yang sudah mencuri perhatianku sejak melihat beberapa postingan teman yang menceritakan buku itu. ‘Kisahnya mirip sepertiku’ pikirku.
Aku mau cerita kak, lima tahun belakangan ini aku menulis kisah yang aku sendiri gak tau bagaimana akhirnya. Ya, kalau kakak menulis tentang Geez. Aku menulis tentang Dika. Seperti, Geez .. Dika bukan nama sebenarnya. Aku bingung dengan diriku sendiri, menulis beberapa cerita fiksi aku bisa menyelesaikannya. Namun, tidak dengan cerita ini. Hingga, kemarin aku menangis setelah menonton video kakak yang berjudul “😊”. Temanku bilang “Entah bagaimama akhirnya kamu berhak memilih untuk bersama atau tidak. Aku pikir Kak Tsana nulis itu karena dia udah bener bener tinggalin. Jadi, di sini dia mengingat bukan mengenang”. Ya, temanku benar kak. Harusnya aku bisa untuk memutuskan bagaimana akhir kisah itu. Seperti kata Geez , kedepannya biar waktu yang jawab.
Terimakasih, kak. Sudah membuatku memutuskan mengakhiri cerita ini. Cerita yang lima tahun ini masih rumpang yang aku sendiri bingung mengakhirinya.
Teruntuk Ann, aku pinjam nyalimu sedikit ya untuk berani menuliskan cerita tentang Dika. Hehehehe
-04.40
Piteuria.
luar biasa ketika waktu yang berbuat
selalu ngena sih:)
Ia dingin. Sangat dingin. Sangat idealis, dan serius. Tapi juga menyebalkan. Sering menggoda dan mengejek. Ia menyenangkan dan menyebalkan dalam satu waktu. Ia bercanda dan serius dalam saat yang bersamaan. Memang aneh. Ajaib. Dan mungkin itu yang membuat saya mengaguminya
terbayar sudah ya penasaran ku , sudah ku tebak dari lalu lalu kalo si dewa itu memang nyata adanya , dan akhirnya aku tau jawab nya . saat si dewa dalam versi nyata itu bilang ‘JANGAN’ itu artinya dia menolak , dia ga terima , dia gamau akhirnya pisah , mungkin dia belum bisa menerima kenyataan , gapapa , sehat selalu ya kak tsana , abaikan ketikan ku ini ya .
Ka tsaan aku nangis😭😭
ipod itu dari siapa kak? dari geez yang nyata atau yang fana?
Aku jadi nerka-nerka kalo Geez ada di sekitaran sini, di komentar-komentar ini maksudnyaa
Like!! Great article post.Really thank you! Really Cool.
Pertemuan yang baru menghasilkan cerita yang baru
Suka banget kak 😍😍 yang suka meninggalkan jejak namun tak bisa dihapus
Terharu 😥
rasanya baca sekali tak cukup.. semoga sj cerita geez yg nyata tak seperti geez yg fana
Geez&Ann 🖤🖤🖤
😭
:’)
Terimakasih sudah ada dan memberikan banyak pembelajaran dari setiap karya-karya nya, always do your best and stay safe, healthy and happy 🤗
Terus yang baca kutipan Hazim Amir siapa?
Terus yang baca kutipan Hazim Amir siapa?
Jangan?.. Gezz ny berharap ap emg??
Waktu sudah menjawab
💙💙💙💙💙
ngena :’)
berkat kak geez, kak tsana bisa menulis goresan yang membuat kami sangat terhibur. terimakasih geez dan juga ann atau kak tsana
us kalo boleh jujur setelah baca geez&ann aku sadar ternyata kalo manusia depan aku mirip geez
Pertama baca ini, nangis kak. Tapi sayangnya nggak jadi alasan buat gak baca tulisan ini lagi.
Parah, bangga banget sama ka us. Setiap kata2 yg kk tulis bnr2 ngena bgt dihati. ❤
Yaampun geez
so,sad banget. Andaikan aku bener bener ketemu orang seperti Geez…
Dari semua cerita kak Tsana aku suka Geez & Ann, Kata juga suka juga sih,bagus bagus deh karyanya kakak
Tau nggak si kak? Kakak adalah penulis favorite ku;wkwk
Pasukan paus
Fav fav fav❤❤❤❤
🖤❤️
🖤🖤
Duhh ngena bgt apalagi pas ada kata “dipenghujung bulan desember” ambyar sudah keinget dia.
Ga pernah bahas cinta, hanya teman. Gak lebih. Tapi dari semua tulisan paus, udah jelas bahwa paus cinta sama geez. Yekhan
Paus kalo ngobrol memang selalu baku?
Tulisannya selalu paling di tunggu tsana semangat terus taaa
sumpah,kok aku ikutan deg degan sih….aaaaaaaaa kepo bgt orang aslinya…😭