
Kamu pasti pernah bertemu seseorang di tempat yang nggak terduga. Seseorang yang asing, yang terlihat angkuh, dan begitu dingin. Tapi semua menjadi berbalik ketika alam raya memutuskan untuk mengirimkanmu sebuah cerita.
Beberapa darimu pasti sudah nggak asing. Seseorang yang bahkan nggak saya tahu namanya itu, seseorang yang cuma bisa saya temui di dalam bus kota, justru memberi saya banyak cerita di tiap pertemuan yang nggak pernah berlangsung lama. Paling lama satu setengah jam. Kami juga nggak pernah bertukar nomor telepon. Seolah-olah, bus kota adalah dunia yang berbeda, kami bisa menjadi manusia yang lain, manusia tanpa nama, tanpa beban, tanpa kebenaran, juga tanpa sandiwara.
Ah, rasanya terlalu cepat bila diceritakan dari sini. Akan saya ceritakan awal ceritanya.
***
Setiap pagi, pukul 6 tepat, kami selalu bertemu di halte, menanti dan menaiki bis yang sama. Saya selalu duduk di belakangnya. Ia membaca buku, sedangkan saya melihat kendaraan dari kaca jendela. Ia selalu turun lebih dulu, di tempat pemberhentian yang sama. Ketika pulang, kami juga selalu berada di bis yang sama. Pukul setengah lima. Ia duduk lagi di depan saya. Tapi gantian saya yang turun lebih dulu. Saya nggak ingin percaya dengan kebetulan, tapi ini selalu terjadi. Saya kira ia nggak menyadari kejadian yang selalu berulang ini, sampai ketika pada sore itu, pukul empat, saya pulang lebih cepat dari jadwal. Saya melihatnya sudah di halte, terduduk. Canggung. Saya berdiri jauh darinya. Setengah jam menanti, bis tiba dan kami naik. Sialnya, sore itu bis penuh sekali. Kami berdiri. Ia tepat di sebelah saya, dan nggak lama setelah itu ia bertanya, “Turun di tempat biasa, Mbak?”
Pertanyaan pertama yang mengawali sebuah cerita. Jalanan macet menjadi menyenangkan. Kaki pun nggak terasa pegal walau harus berdiri dua jam lamanya, karena jalanan ibu kota lumpuh total. Ternyata ia bekerja di sebuah perusahaan asing. “Kalau, Mbak?”
Kalau saya jawab yang sejujurnya, apa ia percaya?
”Saya pembaca,”
Ia agak bingung, “Pembaca? Apakah itu pekerjaan? Atau semacamnya?”
Saya tertawa kecil. Memang sulit menjelaskan apa pekerjaan saya ini, ”Pembaca pertama tiap buku yang saya buat, Mas,”
“Mbak penulis?”
“Saya menulis, Mas, tapi bukan penulis.”
Ia menangkap maksud yang saya utarakan. Untuk orang yang suka membaca sepertinya, pasti nggak sulit memahami perkataan saya barusan. Kami berdua saling membalas senyum. Dialog sore itu diakhirinya dengan mengatakan, “Besok pagi jangan duduk di belakang saya, di sebelah saya saja.”
***
Lelaki di bus kota yang hingga kini nggak saya tahu namanya. Saya ingat, suatu hari ia pernah membawakan saya kopi, ia bercerita tentang tetangganya yang baru saja membuka toko roti. Saya menyimak, selalu senang mendengar suaranya bercerita. Dan sore ini, saya menunggunya di halte. Dari kejauhan saya lihat ia sedang berjalan menuju ke arah saya. Semakin dekat, semakin terlihat bahwa ada yang berbeda dari wajahnya, nggak seceria pagi tadi. Ia hanya diam, saya lebih diam. Bus datang, kami naik. Ia tetap nggak bersuara. Mungkin sedang ada masalah pekerjaan, pikirku. Ingin sekali saya bertanya, Ada apa? Tapi rasanya belum bisa sejauh itu. Kami hanya dekat, namun nggak erat.
Sampai akhirnya ia bicara, “Ibu saya sakit.”
Ternyata karena itu. Kesedihan tergambar jelas pada wajahnya, keresahan terpancar di matanya. Ibunya tinggal di Semarang. Di Jakarta ia hidup sendiri. Ingin pulang, namun perizinan menjadi penghalang.
“Memangnya sakit apa?” saya bertanya.
“Ibu bilang hanya kelelahan, sudah saya suruh istirahat tapi tetap saja buat kue.”
Saya tersenyum. Ia hanya sedang khawatir. “Doa, Mas, bukan hanya untuk kesembuhan beliau, tapi agar Mas nggak terlalu khawatir.”
Ia tersenyum. Lega mungkin. “Mbak, kalau orang-orang itu ingin terbebas dari macetnya ibu kota, saya malah sebaliknya. Saya malah berdoa, semoga jalannya lebih macet dari hari-hari sebelumnya, karena percakapan ini masih butuh banyak waktu. Apakah bisa dilanjutkan di luar bus kota?”
***
Kadang, kita akan lebih merasa dekat dengan seseorang yang baru kita kenal kemarin daripada dengan seseorang yang sudah kita kenal bertahun lamanya.
Dan pagi tadi, ia memberi tahu bahwa ia akan dipindahkan tugas kerjanya ke luar kota. Saya sedikit terkejut. Sudah terbayang hari ini dan esok hari tanpa adanya teman bercerita di dalam bus kota. Lalu saya berpikir lagi, bila kami dipertemukan pada keadaan yang nggak terduga, maka perpisahan seharusnya bukan menjadi perkara yang berat. Tapi manusia mana yang mudah menerima perpisahan?
Sampai akhirnya dia berkata, “Kita pasti akan ketemu lagi, Mbak, mungkin nggak di dalam bus ini. Dunia terlalu luas, alangkah menyedihkan bila kita hanya bertemu di sini saja.”
Ia benar. Bila pertemuan selalu berujung pada perpisahan, maka bukan mustahil bila perpisahan akan diawali dengan pertemuan yang sama.
Saya nggak tahu akan bertemu lagi dengannya atau nggak. Yang saya tahu, di dunia yang luas ini, saya pasti akan bertemu dengan orang-oranf yang baru, dengan mereka yang akan menawarkan sebuah cerita. Dan bila kamu berkata, “Tapi ceritanya nggak akan sama.”
Justru itu. Justru karena ceritanya berbeda saya tahu saya akan belajar dari sebuah makna yang juga berbeda.
“Mungkin kita akan bertemu lagi saat kamu sudah mau memanggil dirimu sendiri seorang penulis.” katanya.
“Berarti kita nggak akan pernah bertemu lagi.”
“Benar-benar nggak mau dipanggil penulis?”
“Benar-benar.”
“Memang kenapa? Apa yang salah dengan sebutan itu?”
“Nggak ada. Saya hanya nggak pantas. Penulis yang saya tahu, mereka adalah orang-orang hebat, saya nggak mungkin sama dengan mereka. Itu sebabnya saya nggak akan pernah bisa jadi penulis. Saya sudah cukup bahagia menjadi seperti ini. Seorang gadis yang menulis, yang akan selalu menulis.”
“Hmm.. berarti kita akan bertemu di dalam bukumu.”
“Bagaimana mungkin? Nama saya saja kamu nggak tahu.”
“Tapi saya tahu bahasamu.” jawabnya.
Semangat terus Kak Tsana
hampir mirip smaa cerita aku kak,cuma bedanya aku terlalu takut untuk menatap org itu,cowo sma yang aku ga tau namanya siapa,dan aku menyebut dia si cowo sma😂 tiap pagi selalu sama naik angkotnya cuma disini aku yg lebih dulu turun dari angkot wkwk
Pertama kali baca cerita dari kak tsana langsung kayak tersihir.
Praaaaaa!
Kok diriku membacanya terbawa dgn suasana hati agak sedih ya? :(.
Kak, aku cuma mau bilang, itu ada sedikit yang salah ketik, sepertinya hanya typo kecil, tapi yasuda la gapapa. Semangat terus ya kak!!<3
oranf ya?? 🙂 bener g sih??
Sukaa
Inget jaman masih ngangkot jadinya…
Ngomong-ngomong ini ditulis sama mbak tsana? Pembaca yang lain boleh ikut menulis di dinding maya ini juga gk mbak?
Bila dipertemukan pada keadaan yang nggak terduga, maka perpisahan seharusnya bukan menjadi perkara yang berat.
Tapi manusia mana yang mudah menerima perpisahan?
Sedih sih ini 🤧😭
Terimakasih Tsana, aku suka bgt cerita ini. Semangat yaa nulisnya. Salam sayang🖤✨
Sangat suka 🙂
Sangat suka 🙂
Cerita yang luar biasa kak
Huaaaa, ceritanya bikin :”””
bener-bener tersentuh, mbak😭
sukak sukak sukak😭
Suka banget😔😔
Entah, setiap tulisan yang kak Tsana tulis, pasti menyentuh hatiku, bahkan bukan hanya diriku, orang-orang di luar sana yang nantinya membaca tulisanmu, aku pastikan mereka akan jatuh cinta pada 🙂
🖤💛❤💙
Suka banget😔😔
Entah, setiap tulisan yang kak Tsana tulis, pasti menyentuh hatiku, bahkan bukan hanya diriku, orang-orang di luar sana yang nantinya membaca tulisanmu, aku pastikan mereka akan jatuh cinta:)
🖤💛❤💙
Unik.
Kyaaaaaa akhirnyaaaaa, setelah episode sebelumnya sedih mulu ada juga yang romantis. Sederhana memang, tapi terkesan nyata
Kak ntsanaaaaaa aku sukaaaa cerita ini.
Aku berharap aku juga lebih banyak bisa bertemu dengan oraang banyak . Mendengar pengalamannya serta mengisi harinya sebagai teman bicaranya . Memang ntsanaa the best.
Semangattt!!
Pauss,lagi lagi kamu mewakili apa yang tidak bisa aku ceritakan pada teman temanku,pada ibuku,pada semesta,terimakasih pauss❤️
semoga bertemu kembali
Huaaa kutunggu episode muu uss
sesenyum senyum itu dong kok bisa gitu looohh???:(
romantiss bangettt aaawwww
omg aku baperr, huhu
Semoga segera bertemu (kembali)
Ka tsana ini sweet bgttttt
“Dimana ada pertemuan pasti ada juga perpisahan”
Pertemuannya singkat tapi kenyamanannya panjang sampai akhirnya dipisahkan dan entah kapan dipertemukan kembali?
Ceritamu berwarna sekali paus, indah meskipun sederhana..
Kok jadi baper
Dari nona kesepian lagi
Yah dari membaca ini sepertinya aku harus benar-benar berkelana keluar dari tanah Sulawesi bagian tengah dan Utara walau aku tau nggak akan mudah karna akan ada banyak yang harus aku korbankan tapi aku harus benar-benar pergi melihat hidup yang sudah menungguku aku bingung dengan kayakinanku saat tapi sudahlah aku akan menjalani ini menikmati setiap luka yang di kirim Semesta.
Tsana tanpa kamu sadar kamu penulis terhebat yang pernah aku temui kamu diksi kecil tapi besar tsana kamu luar biasa salam sayang dari nona kesepian
jadi pengen salah satu orang yg ada di bus kota tersebut, yang bisa melihat percakapan kalian hhe
Ka tsana aku juga pernah ketemu anak laki2 dibis kebetulan seumuran, mirip gitu ceritanya, dia sapa aku duluan dan manggil nama aku terus aku kaget pas aku tanya kok tahu terus kata dia, dia lihat namaku dari papan jalan yang aku bawa ditas kebetulan dibelakang papan jalan ada namaku. setelah percakapan pertama, kami jadi ngobrol bahkan sebelum aku turun dia ngasih handphonenya ke aku dan suruh aku nulis nomer ku. yauda aku tulis aja nomerku. sekarang aku sama dia jadi temen online di sosial media kadang dia suka komentar status aku. btw, dia di sumedang kalo aku di bogor. ketemu di bis kp. Rambutan- Bogor. Dia ke bogor hanya main mau ke rumah saudaranya.
Kenapa nggak kenalan?kenapa nggak tukaran nomer handphone?Duh kak..Keserderhaan itu buat aku dan sepupu ku geram sendiri,kenapa nggak tanya nama…hah..kakak hebat,dua jempol.Senyum Paus!!
Gakunaaa
Sebagus ini dan selalu ngena kata kata ka stanaaaa,aku g ngerti lagi,terlalu suka sama tulisan tulisannya
Gila us baper. Ga nyangka bakal ada cerita yg kek begini ಥ‿ಥ
Sukaaaa
pernah ada di posisi itu juga, awalnya menyesal karna tidak bertanya nama, tapi sekarang jadi lebih mengerti, ada rasa yang berbeda dan gak bisa dijelasin.
Kak tsanaaa inspirasikuuu.
Ketika Sang Takdir tidak sengaja mempertemukan 2 nama, iya cukup nama saja, tak perlu ada makna yang mendalam lagi dari pertemuan itu.
FEEL SOMETHING WHEN YOU WRITE
“Besok pagi jangan duduk di belakang saya, di sebelah saya saja.”
Uwaaaa 😍
Baru pertama kali baca tulisan mu, sebagus itu ternyata, tulisannya menarik sekali kak Tsana
🙂
apa tokoh “di dalam bus kota” ini juga nyata ?
Tapi saya tau bahasa mu. Hmmm
Uwuw😍
Kereeeeeeeeeeen
Aku tak mau di kata sebagai penulis.
Aku adalah pembaca. Pembaca pertama dalam setiap tulisan yang aku tulis. Iya !!! aku akan tetap menulis…
kereeeen banget dahhh
tapi saya tau bahasa mu, mungkin dia sudah kenal dari awal karna suka baca buku mu
Nyesel banget baca jam segini, jam rawan buat overthingking, huh. Makasih pauusss atas segala kata dalam setiap karya nya, sukses selalu !
“Kita hanya dekat, namun nggak erat.” 💔
Tapi saya gak suka us kayak gini. Mungkin mereka lebih adil karena sama2 gak tahu, dan setuju untuk gak perlu tahu. Tapi yang menyebalkan dari kisah saya adalah dia seenaknya tahu diri saya tapi saya sendiri gak tahu dirinya. Saya gak berharap untuk kenal dia lebih dalam, tapi dia sudah meloloskan kebohongan untuk kemudian membuat masa itu jadi suram buat saya.
Kaakkk luv luvvvv
Aku kira disetiap pertemuan pasti ada perkenalan. Tapi ternyata tidak ya..
Kak, nulis enak dan mengalir seperti ini gimana sih, kak?
thank u pauss💘 menarik banget ceritanyaa, sukaaa
Tsanaaaa😍😍😍
Kenapa setiap saya baca karya kak tsana,gak pernah buat saya gak terpukau🥰🥰🥰💙💙💙semangat kak
Kakkk, suka bangett ihh🧡
MasyaAllah bagusss bgt indah bgt masyaAllah barakallah kak ceritanya selalu menginspirasi. Sehat teruss ka❤
Kisahnya manis
Jdi ke inget sama cowo yg berkali-kali seangkot terus wkwk
endingnya bkin greget
Kadang, kita akan lebih merasa dekat dengan seseorang yang baru kita kenal kemarin daripada dengan seseorang yang sudah kita kenal bertahun lamanya.
Suka banget kak 😍😍 mungkin karena dia yang kita temui saat ini memiliki karakter yang di inginkan pada suatu waktu atau mungkin memang karena memiliki sedikit kesamaan..
Dan aku juga pernah mengalaminya kak, dan dia sungguh menyenangkan
ga ngerti lagi semua yang kamu tulis selalu saja membuat kita si pembaca kaya ngerasa ada di situasi itu :)))
Semangat nulis nya kk tsana
Ditunggu cerita nya yang lain 🐳
Agak mirip dengan cerita saya, bedanya mereka di bis saya bertemu di angkot, kala itu disuatu sore kita slalu bertemu di angkot,aku slalu menunggunya, saya terus mencari tau info tentang nya di media sosial, sampai saya tau kalo dia lebih tua 1 tahun dri saya, saya tau sekolah nya, saya tau rumah nya, saya tau teman tongkrongan nya, dan hanya satu yg saya gk tau, sma seperti cerpen ini, saya gk berani untuk menanyakan namanya, bahkan mengobrol dengan nya saja saya tidak sempat,hanya ruang dan waktu yg mempertemukan kita, entah sampai kapan saya mengetahui namanya, yg pasti saya sudah jatuh cinta padanya sejak pertama bsrtemu
aku baru mampir ke sini sejak beberapa hari lalu dengar podcast di spotify. Sebenarnya sudah lama kenal paus, sejak baca novel kata dan ketemu geez & ann di wattpad, tapi nggak ngikutin lebih jauh. Suka banget sama ide-ide tulisan kak Tsana :).
Rasanya mau bawa paus kemana’ biar bisa berbagi cerita, entah cerita suka atau duka. Hihi.💙💙💙
🙂
🙂
sering terjadi, timbul rasa kagum terhadap seseorang ketika berbincang terasa mengasikan, walaupun pertama kali bertemu dan tanpa tau namanya.
lucuuu
Pertama baca langsung suka sii, se bagus ini :”)
Senyum senyum bacanyaaa!!😍
baca ini mirip banget sama cerita aku cuma setelahnya aku bisa berkenalan dengan manusia tanpa nama tersebut hehehe
aku suka ketemu dia klo lagi weekend nge mall dan kebetulan ketemu tapi aku gak tau siapa dia itu dan gak berani buat sapa tapi pernah eye contact
Hai us, aku pembaca baru nihhh, tapi jujur sii aku selalu suka sama tulisan, buku, dan podcast paus.
Kalo lagi baca ini seakan-akan lagi dengerin suara paus🐳.
Wkwk, semangat dan sukses selalu ussss 🐳.
I love you💛
Semangat terus kak tsanaaaa <3